Minggu, 30 Juni 2013

Kanker Payudara Mengincar, Ketahui Faktor Risikonya

Kanker Payudara Mengincar, Ketahui Faktor Risikonya
Oleh : Dokter Dinda Anes Tunjungsari*



Belakangan ini Kanker Payudara sedang marak menjadi pembicaraan. Terkait dengan beberapa artis dalam maupun luar negeri, yang mengidap Kanker Payudara. Sebut saja Angelina Jolie, artis ternama ini bahkan tidak ragu-ragu untuk melakukan oprasi Double Mastectomy atau pengangkatan kedua payudara. Seorang artis dan presenter muda dalam negeri,Nira Stania, baru saja dikabarkan tutup usia di 38 tahun juga akibat Kanker Payudara. Statistik mengatakan bahwa 1 dari 8 wanita Indonesia berisiko terkena Kanker Payudara dan setiap 12 menit 1 orang wanita meninggal karenanya. Apakah Anda yakin sudah aman dari incaran Kanker Payudara?
Kanker Payudara adalah proses perubahan dan pertambahan sel yang abnormal dan  penyebaran sel tersebut di payudara. Mengingat keganasan dari kanker ini, kita perlu mengetahui faktor risikonya, antara lain:
1.       Wanita. Walaupun tidak dominan, tetapi laki-laki juga memiliki payudara. Sebagian besar Kanker Payudara ditemukan pada wanita, sedangkan laki-laki hanya menyumbangkan angka kurang dari 1%.
2.       Usia. Seiring bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin meningkat pula risiko terkena kanker, dalam hal ini dinyatakan wanita usia diatas 45-55tahun akan lebih berisiko terkena Kanker Payudara.
3.       Riwayat keluarga. Risiko akan meningkat, bila Anda telah memiliki riwayat keluarga yang terkena Kanker Payudara sebelumnya. Terutama jika itu adalah keluarga kandung Anda (ibu kandung, saudara kandung, anak kandung, dll.), maka Anda 2 kali lebih berisiko di banding orang yang tidak memiliki riwayat keluarga serupa.
4.       Genetik. Sekitar5-10% penderita Kanker Payudara diduga akibat genetik, yaitu diturunkannya gen kanker dari orang tua kandung kepada anaknya.
5.       Riwayat Kanker Payudara sebelumnya. Jika Anda telah di diagnosa Kanker Payudara sebelumnya, maka Anda 3-4 kali lebih berisiko untuk mengalami Kanker Payudara lagi.
6.       Radiasi pada dada atau wajah sebelum usia 30 tahun. Bila Anda pernah menjalani terapi radiasi pada dada (akibat kanker yang lain) dan radiasi untuk jerawat pada wajah, maka Anda lebih berisiko terkena Kanker Payudara.
7.       Perubahan bentuk payudara. Bila Anda pernah mengalami masalah pada payudara, seperti muncul benjolan jinak, bisa jadi hal tersebut telah meningkatkan risiko Anda.

8.       Ras/etnis. Wanita kulit putih diduga lebih rentan terkena Kanker Payudara di bandingkan dengan ras Afrika-Amerika dan Asia.
9.       Kelebihan berat badan. Wanita gemuk dan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena Kanker Payudara, terutama saat menopause.
10.   Riwayat kehamilan. Wanita yang belum pernah menuntaskan 9 bulan masa kehamilan maupun wanita yang baru melahirkan setelah usia 30 tahun, memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang melahirkan sebelum usia 30 tahun.
11.   Riwayat menstruasi. Wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setalah usia 55 tahun, memiliki risiko lebih tinggi terkena Kanker Payudara. Dalam 15 tahun terakhir, banyak wanita remaja yang mengalami masa menstruasi lebih dini. Pergeseran masa menstruasi yang tidak diinginkan ini, diduga akibat pengaruh obesitas yang menjamur dan adanya paparan jangka panjang terhadap hormon yang tidak seharusnya. Sedangkan usia menopause tetaplah sama, tidak ada pergeseran.
12.   Menggunakan HRT (Hormone Replacement Therapy) atau terapi pengganti hormon. Orang yang menggunakan terapi pengganti hormon, dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap Kanker Payudara.  
13.   Konsumsi alkohol. Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, dapat meningkatkan risiko.
14.   Memiliki payudara padat. Yang dimaksud dengan “padat” disini bukanlah ukuran, tetapi jumlah kelenjar yang mendominasi payudara lebih banyak dibandingkan dengan jaringan lemak. Dikatakan bahwa wanita yang memiliki payudara yang padat, 6 kali lebih berisiko untuk terkena Kanker Payudara.
15.   Olahraga. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara, melakukan olahraga secara teratur selama 4 sampai 7 jam per minggu dengan risiko Kanker Payudara  yang lebih rendah.
16.   Merokok. Merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit dan berperan dalam timbulnya Kanker Payudara pada usia lebih muda atau wanita premenopause.
17.   Lain-lain. Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat menyebabkan Kanker Payudara adalah: kadar vitamin D yang rendal dalam tubuh, paparan jangka panjang terhadap lampu saat malam hari, paparan terhadap DES (diethylstilbestrol), konsumsi makanan yang tidak sehat, paparan bahan kimia pertanian, paparan bahan kimia plastik, paparan bahan kimia dalam air, dan paparan bahan kimia saat pemrosesan makanan.


Jika anda ingin lebih mengetahui lebih jelas tentang kanker payudara anda bisa berkonsultasi dengan dokter kami. Anda yang di Surabaya bisa datang ke Klinik Sahabat Medika di Jalan Ploso Baru No 165 Surabaya. Telpon 031-3822619. Bagi anda yang tinggal di luar Surabaya, anda bisa bertanya lewat :
·         Twitter : @sahabat_medika ; @dokter_PM

*salah satu dokter di Klinik Sahabat Medika 

Jumat, 14 Juni 2013

Makan Ikan Mengurangi Resiko Mati Mendadak*

Makan Ikan Mengurangi Resiko Mati Mendadak*



Riset sekitar tahun 1980 menemukan penduduk asli Greenland, kendati banyak mengkonsumsi menu berlemak, kematian sebab jantung koroner hanya sedikit. Ternyata mereka banyak mengkonsumsi ikan. Ikan mengandung lemak tak jenuh ganda Omega-3. Kemudian diketahui jenis lemak ini pelindung jantung.



Banyak bukti orang mengkonsumi ikan sedikitnya sekali seminggu, resiko mati mendadak separuh dibandingkan yg kurang makan ikan. Kini para dokter menganjurkan pengidap penyakit jantung mengkonsumsi lebih banyak ikan. Maka, ada ungkapan semakin tua harus semakin mirip kucing. Rakus makan ikan kayak nelayan Okinawa, Jepang, dan doyan makan kacang seperti pria italia.

Butuh informasi kesehatan lebih rinci dari dokter yang berpengalaman dan ahli dibidangnya?? Segera hubungi Dokter Keluarga di Sahabat Medika. Kami akan datang ke rumah anda layaknya sahabat anda.

*diambil dari buku “Sehat Itu Murah” oleh dokter Handrawan Nadesul.

Sabtu, 08 Juni 2013

Kendalikan Hipertensi Anda!!

Oleh : Dokter Dinda Anes Tunjungsari*



Seiring dengan kemajuan zaman, perubahan pola makan dan pola hidup, telah menyumbangkan angka yang tidak sedikit terhadap peningkatan penderita Hipertensi di Indonesia. Inilah saatnya kita merubah pola pikir kita tentang hidup sehat. Selama ini kita berpikir, saat sakit baru kita pergi ke dokter. Pola pikir inilah yang harus kita rubah, pergilah ke dokter sebelum Anda sakit. Dalam hal ini, Hipertensi dapat kita cegah sejak usia muda.

Terapi Hipertensi terdiri dari 2 macam, yaitu terapi non-farmakologis (tidak menggunakan obat-obatan) dan farmakologis (dengan obat-obatan). Terapi farmakologis jelas harus atas sepengetahuan dan pengawasan dokter. Jangan sekali-kali membeli obat Hipertensi sendiri tanpa resep dokter, karena dapat membahayakan diri Anda sendiri.

Terapi non-farmakologis merupakan terapi awal dan terapi tambahan, selain obat-obatan. Terapi non-farmakologis dapat meningkatkan efikasi obat, menurunkan dosis dan jumlah obat yang dibutuhkan, menurunkan efek samping, serta memperbaiki kondisi jantung dan pembuluh darah.



Berikut adalah terapi non-farmakologis yang dapat kita lakukan mulai sekarang:
1.      Menurunkan berat badan. 60% dari penderita Hipertensi, mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Menurunkan berat badan 4-5 kg, dapat menurunkan tekanan darah hingga 7/5 mmHg baik pada penderita yang mengalami obesitas maupun tidak. Penurunan berat badan juga dapat mengawali terjadinya perubahan pola hidup. Selain itu, pada penurunan berat badan, yang berkurang adalah jaringan lemak, bukan otot. Berkurangnya lingkar perut tersebut berperan dalam menurunkan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Hal positif lain yang didapat dengan penurunan berat badan, yaitu menurunkan kadar insulin dalam pembuluh darah, meningkatkan sensitivitas insulin di jaringan, menurunkan kadar katekolamin, menurunkan resistensi vaskuler sistemik, menghambat retensi natrium, dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis.
2.      Berhenti merokok. dengan berhenti merokok dapat menurunkan kejadian vasokonstriksi, menurunkan aktivasi system saraf simpatis, kadar norepinefrin, kadar karbon monoksida, menurunkan risiko koagulasi, agregasi platelet,serta stress oksidatif.
3.      Mengurangi atau menghentikan konsumsi kafein. Dapat menurunkan kejadian vasokonstriksi, dan meningkatkan ke-elastisan pembuluh darah aorta.
4.      Membatasi minuman beralkohol. Konsumsi alkohol jangan sampai melebihi 3g/hari atau 20g/minggu. Jika melebihi angka tersebut, alcohol dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan hormon aldosteron, dan kortisol.
5.      Senam aerobik dan latihan fisik teratur. Kombinasi dari senam aerobik dan latihan fisik teratur yang berkesinambungan, setidaknya selama 60 menit per hari harus dilakukan. Saat penderita telah masuk dalam tahap kondisi jantung dan pembuluh darah yang optimal, penurunan tekanan darah yang dicapai adalah 11,3/7.5 mmHg.
6.      Modifikasi kebiasaan yang tidak baik. Manajemen stress, relaksasi, yoga, pilates, psikoterapi, hipnosis, dan kegiatan spiritual dapat membantu menurunkan tekanan darah.
7.      Hentikan konsumsi obat maupun zat yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dalam hal ini, seperti: kontrasepsi oral, kortikosteroid, obat anti nyeri, kafein, alcohol, dan nikotin.
8.      Kontrol  rutin berkala.
9.      Nutrisi optimal.
Terapi farmakologis dan non-farmakologis tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Untuk medapatkan  hasil yang optimal keduanya tetap harus dijalankan secara bersamaan. Dan untuk mendapat perawatan maksimal, silahkan datang ke Klinik Sahabat Medika atau bisa bertanya lewat email kami di kliniksahabatmedika@gmail.com