Minggu, 25 Agustus 2013

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 2)

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 2)
Oleh : Eka, Dokter


Di bagian pertama sudah kita singgung masalah sindrom metabolik, nah dibagian kedua ini kita akan kupas tuntas mengenai bagaimana mengatasinya. Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Gaya hidup sehat dapat membantu anda terhidar dari sindrom ini. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan :

1.      Menjaga berat badan ideal
Cara mudah untuk menentukan apakah berat badan anda ideal/ normal atau tidak adalah dengan menggunakan system Indeks Massa Tubuh (IMT/BMI). Cara mengukur IMT dengan rumus yaitu : Berat badan dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
IMT = Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m2)
Contohnya, jika berat badan seseorang 80 kg, tinggi badan 160 cm, maka BMI nya adalah
(80kg)/(1,6m)2 = 31,25 kg/ m2 maka ia termasuk obesitas.
Kriteria obesitas menurut WHO yang telah dimodifikasi untuk orang Asia  Tenggara adalah

Kategori                               BMI (kg/m2)
  • Underweight -------------- 15.0-18.4
  • Normal -------------------- 18.5-22.9
  • Overweight --------------- > 23.0
  • Pre-Obesitas -------------- 23.0-24.9
  • Obesitas derajat I -------- 25.0-29.9
  • Obesitas derajat II ------- > 30.0

  1. Mengatur Pola Makan Gizi Seimbang
Mengatur pola makan rendah kalori dengan gizi seimbang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan berat badan ideal, salah satunya dengan membatasi asupan karbohidrat disertai dengan meningkatkan asupan serat.


  1. Latihan fisik/olahgara secara teratur
Olahraga dapat membantu mempertahankan dan/atau menurunkan berat badan. Olahraga yang dilakukan secara teratur walaupun tidak terlalu lma lebih baik daripada olahraga yang dilakukan hanya pada akhir pekan secara berlebihan. Lakukan olahraga secara teratur sekitar 3-5 kali perminggu selama 30-60 menit.

Untuk mempertahankan dan/atau menurunkan berat badan, pilihlah olahraga yang bersifat low impact aerobic / low intensity / fat burner, seperti jalan kaki, lari/jogging, berenang dan bersepeda yang dilakukan dalam kisaran 65% dari denyut nadi maksimal.
Denyut Nadi Maksimal = 220-Usia
Contoh, seseorang dengan usia 45 tahun, maka denyut nadi maksimalnya adalah 220-45 = 175 kali permenit. Bila olahraga yang dilakukan bersifat low impact maka denyut jantungnya adalah sekitar 65% x 175 = 113,7  ≈ 114 kali permenit.

  1. Mengelola stres dengan baik.
Kelola stres anda dengan baik. Masalah yang menimbulkan stres bukan untuk dihindari namun untuk dihadapi, disikapi, dan diselesaikan dengan bijak. Stres dapat datang dari dalam, misal karena adanya kondisi sakit atau dari luar seperti adanya persoalan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja. Kegiatan outdoor seperti memancing, berkemah, outbond, dll dapat dipertimbangkan sebagai refreshing.


  1. Medical Check-Up rutin
Tidak hanya motor atau mobil saja yang memerlukan servis rutin, tubuhpun seharusnya memerlukan servis rutin. Namun di kalangan masyarakat kita, seseorang tidak akan pergi ke dokter atau pelayanan kesehatan jika tidak merasakan keluhan pada kesehatannya. Berbeda dengan negara maju, dimana masyarakatnya telah menjadikan medical check-up sebagai gaya hidup dan dilakukan secara teratur walaupun tidak merasakan keluhan pada kesehatannya. Dengan medical check-up rutin anda dapat mendeteksi secara dini berbagai penyakit, sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan. Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan antara lain pemeriksaan tekanan darah, gula darah puasa atau 2 jam post prandial (setelah makan), serta kolesterol (Total, HDL, LDL, dan Trigliserida),

Peralihan kondisi dari sindrom metabolik menjadi penyakit kardiovaskular ataupun diabetes mellitus memerlukan waktu sekitar 5-10 tahun. Apabila kondisi itu diketahui lebih cepat, maka anda mempunyai waktu sekitar 5 tahun untuk melakukan pencegahan berbagai penyakit degeneratif dan kardiovaskular.

Pola hidup serba instan dan minim aktifitas saat ini diketahui telah menyebabkan terjadinya pergeseran trend usia pasien mengidap penyakit degeratif, begitu juga dengan sindrom metabolik. Jika sebelumnya sindrom metabolik hanya diderita oleh pasien usia diatas 40 tahun, namun saat ini sindrom metabolic dapat terjadi pada usia yang lebih muda.

Jika anda butuh info lebih jelas atau konsultasi, silahkan hubungi Klinik Sahabat Medika. Bisa follow twitter kami di @sahabat_medika , email: kliniksahabatmedika@gmail.com , atau FB Fanpage di kliniksahabatmedika.


Senin, 19 Agustus 2013

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 1)

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 1)
Oleh : Eka Kharisma S, dr



Mungkin istilah sindrom metabolik belum begitu familiar di lingkungan masyarakat kita. Istilah ini masih kalah popular dibandingkan diabetes mellitus, hipertensi, stroke, penyakit jantung dll. Padahal sindrom metabolik ini merupakan cikal bakal dari berbagai penyakit diatas. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari beragam gangguan metabolisme. Indikator utama sindrom metabolik adalah lingkar pinggang. Oleh karena itu, perut buncit (obesitas sentral) dikaitkan dengan adanya sindrom metabolik.

Selain obesitas, seseorang dikatakan dalam keadaan sindrom metabolik jika memiliki setidaknya beberapa kondisi yakni memiliki tekanan darah tinggi, kadar lemak dalam darah tidak normal (HDL, Trigliserida). Pada orang yang menderita sindrom metabolik, mayoritas pasiennya baru mengetahui kondisi yang dialaminya setelah muncul keluhan. Mereka tak menyadari bahwa kondisi semacam itu bisa dikatakan sudah terlambat karena sudah ada organ yang terganggu atau rusak.

Seharusnya hal tersebut bisa dicegah jika faktor resiko sindrom metabolik segera diketahui dan ditangani. Mari kita simak beberapa kondisi yang bisa dikatakan sindrom metabolik:

1.      Hipertensi
Seseorang dikatakan memiliki faktor resiko sindrom metabolik jika sedang menjalani pengobatan antihipertensi atau memiliki tekanan darah ≥ 130/85 mmHg.

2.      Dislipidemia
Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid (lemak) di dalam tubuh, dimana terjadi peningkatan atau penurunan komponen lipid di dalam darah dimana terjadi peningkatan kadar LDL kolesterol  atau Trigliserida dalam darah disertai penurunan kadar HDL kolesterol. Dikatakan faktor resiko sindrom metabolik jika kadar Trigliseridan  150 mg/dL, dan kadar HDL pada laki-laki < 40 mg/dL, pada perempuan <50 mg/DL atau dalam pengobatan dislipidemia.

3.      Obesitas
Dikatakan obesitas jika IMT (Indeks Massa Tubuh) > 30 kg/m2 atau mengalami kegemukan di sekitar perut (obesitas sentral)  dengan Lingkar Pinggang/Perut pada orang Asia laki-laki >90 cm dan perempuan Asia >80 cm. Sedangkan untuk orang Eropa dikatakan obesitas jika lingkar pinggang pada laki-laki >102 cm dan perempuan > 88 cm.


4.      Kadar Gula Darah Tinggi
Bila seseorang telah didiagnosa Diabetes Melitus tipe 2 atau belum terdiagnosa diabetes melitus, namun memiliki gula darah puasa >110 mg/dL dikatakan memiliki faktor resiko sindrom metabolik.

Dari semua faktor resiko yang ada, seseorang dikatakan menderita sindrom metabolik jika terdapat Obesitas sentral disertai 2 dari 3 kriteria lainnya yang ada.

Ingin tahu bagaimana mengatasi semua masalah di atas? Lanjutkan membacanya di seri kedua ya, dijamin semua jawaban anda bisa langsung terjawab.