Rabu, 15 Mei 2013

Sehat Saat Bekerja, Siapa Takut!!


Oleh: Dokter Dinda Anes Tunjungsari



Tahukan Anda, menurut data yang diperoleh ILO (International Labour Organization), setiap hari 6.300 orang meninggal karena kecelakaan kerja atau akibat penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja menyebabkan seorang pekerja meninggal setiap 15 detik. 317 juta orang per tahun mengalami kecelakaan saat bekerja, tidak sedikit dari mereka yang harus berhenti bekerja dalam jangka waktu yang lama.
Dalam hal ini pencegahan merupakan kunci utama untuk menghambat peningkatan Penyakit Akibat Kerja, dan lebih efektif serta lebih ekonomis dibandingkan dengan pengobatan dan rehabilitasi pada fase lanjut.
Berikut adalah tips yang dapat Anda lakukan agar tetap sehat saat bekerja:
(1)   Ketahui risiko. Ketika Anda telah mengetahui bahaya apa yang mengincar di tempat kerja, Anda akan dapat mengantisipasi hal tersebut, sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
(2)   Kurangi stress di tempat kerja. Penyebab stress di tempat kerja seringkali adalah jam kerja yang terlalu panjang, beban kerja yang banyak, dan konflik dengan pekerja lainnya maupun dengan bos. Stress dapat menyebabkan depresi, kesulitan untuk tidur, dan sulit berkonsentrasi.
(3)   Istirahat sejenak. Agar Anda tetap segar dan terjaga, sehingga membantu Anda terhindar dari kecelakaan kerja.
(4)   Hindari gerakan membungkuk atau memutar. Gunakan perabotan dan peralatan yang ergonomis di tempat kerja.
(5)   Gunakan alat bantu mekanis jika memungkinkan. Jika akan memindahkan benda berat, sebaiknya Anda menggunakan peralatan, daripada harus mengangkatnya sendiri. Bila Anda terpaksa harus mengangkatnya sendiri, lindungilah punggung Anda dari cedera dengan medekatkan benda berat tersebut sedekat mungkin dengan tubuh Anda dan pusatkan bebannya pada otot lengan.
(6)   Gunakan alat pelindung kerja. Jika digunakan dengan benar, alat pelindung kerja seperti penutup telinga, kacamata pelindung, sarung tangan, penutup mulut, dll. dapat menurunkan risiko kecelakaan kerja secara signifikan.


(7)   Tetap konsentrasi. Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan dapat menurunkan konsentrasi Anda, yang akan berujung pada kecelakaan kerja.
(8)   Jangan lupa sarapan dan makan siang. Sebagian orang memilih untuk sarapan dan makan sinag di kantor dengan menu yang serba cepat saji. Pertimbangkan kembali angka kecukupan gizi dalam menu Anda. Menu yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi, bisa saja membuat Anda cukup kenyang, tapi bukanlah menu terbaik yang seharusnya dikonsumsi.
(9)   Minum cukup air. Menghindari dehidrasi dapat membuat Anda tetap berenergi sepanjang hari, dan menghindarkan Anda dari perasaan lapar, karena pada kenyataannya Anda hanya dehidrasi.
(10)                       Bangkit dan bergeraklah. Saat Anda merasa mengantuk, bangkitlah dari tempat duduk Anda, jalan dan hiruplah udara segar sejenak. Bukan hanya baik untuk otot Anda, ini juga akan membantu memperbaiki sirkulasi darah, dan mengurangi rasa lelah Anda.
Anda menghabiskan sebagian waktu Anda di tempat kerja, maka dari itu sangatlah penting untuk membuatnya seaman dan senyaman mungkin. Selamat mencoba beberapa tips diatas, dan rasakan betapa Anda akan merasa semakin bersemangat dan tetap sehat di tempat kerja.

Update terus info kesehatanmu dengan :
·         Follow Twitter kami di : @klinikploso ; @dokter_PM
·         Like FB fanpage kami di : dokter.keluargasurabaya ; kesehatanpegawai

Rabu, 08 Mei 2013

Pentingnya Punya Dokter Keluarga


Oleh : dokter Handrawan Nadesul



Buat kita di Indonesia kehadiran dokter keluarga amatlah penting. Pertama, karena belum semua masyarakat masuk asuransi. Kedua, ongkos berobat masih terbilang tinggi, dan sistem layanan kesehatan pun belum memihak kepada pasien. Ketiga, pranata kesehatan rata-rata masyarakat kita masih belum kokoh, sehingga sering salah dalam menentukan alamat berobat.

Alhasil, sudah tinggi ongkos berobat yang harus dikeluarkan, belum tentu hasilnya memuaskan. Sistem layanan kesehatan kita memiliki jalur cepat bagi pasien mampu, dan layanan jalur lambat bagi yang tidak mampu.

Dilayanan jalur lambat berlaku aturan sistem rujukan. Artinya layanan medis berjenjang dari yang paling sederhana (Puskesmas) sampai ke yang lebih lengkap (rumah sakit kabupaten sampai top refferal RSCM). Tidak demikian layanan medis jalur cepat yang boleh bebas memilih sesuai dengan kemampuan. Sakit flu memilih dokter spesialis, asal bayar sendiri, tidaklah dilarang.

Layanan medis jalur cepat tentu saja berarti memasuki industri medis dengan segala tabiat buruknya. Pemeriksaan yang saling tumpang tindih, de-humanisasi layanan, dan polypharmacy (meresepkan obat berlebihan), bagian dari hiruk pikuk pasar medis kalangan orang mampu. Termasuk resiko memasuki wilayah bisnis perumahsakitan.

Melihat kondisi layanan medis seperti itu, bagi layanan medis jalur lambat maupun jalur cepat agaknya sama-sama sedang membutuhkan kehadiran dokter keluarga. Untuk apa? Dokter Keluarga mengenal betul kondisi medis seluruh anggota keluarga yang diinanginya. Bahkan sejak lahir, lengkap dengan rekam mediknya. Apapun masalah medik yang dihadapi keluarga, dokter keluarga menjadi tempatnya bertanya, dan sekaligus berobat.


Oleh karena itu dokter keluarga sudah sangat mengenal setiap anggota keluarga langganannya, maka setiap angota keluarga terjamin akan selalu aman dalam berobat. Aman karena tidak mungkin dokter yang sudah sangat mengenal pasiennya akan membahayakan diri pasien dibanding apabila berobat ke dokter selewat siapa saja seperti kebanyakan terjadi sekarang ini. Bahaya tak cocok obat, salah memberi obat, atau alpa mendiagnosis, jauh lebih kecil kemungkinannya ditangan dokter keluarga.

Dokter keluarga juga tidak akan memberikan obat yang langsung keras seperti dokter selewat, karena setiap dokter keluarga akan terus memantau kondisi pasien. Kalau tidak perlu benar obat, dokter tidak meresepkannya.

Dokter selewat, mengira pasien tidak akan datang kembali dalam waktu satu dua  hari, umumnya langsung memberikan obat yang keras agar langsung bisa menyembuhkan. Orang bilang resep dokter selewat cenderung bersikap agar penyakitnya langsung ditembak. Ibarat mematikan lalat dipakainya pistol.
Dokter keluarga juga yang akan merujuk pasien ke alamat berobat yang paling tepat. Mungkin kepada sejawat yang sudah amat dikenalnya, sehingga komunikasi medis demi kesembuhan terbaik pasien bisa terbangun.

Tanpa dokter keluarga, pasien mungkin salah memilih alamat berobat. Padahal alamat berobat menentukan keberhasilan penyembuhan penyakit, selain tidak harus boros, atau mungkin berakhir dengan hasil nihil.
Dokter keluarga menjauhkan pasien dari resiko malpraktik, baik oleh dokter pribadinya sendiri, mapun oleh dokter ahli yang dirujuk oleh dokter keluarganya. Dokter keluarga, sebagaimana halnya dokter pribadi, selalu siap setiap saat on call sehingga kejadian penyakit gawat terlambat ditangani tidak sampai terjadi.


Rabu, 01 Mei 2013

Benarkah imunisasi MMR menyebabkan Autis?



By Dokter Dinda Anes Tunjungsari




MMR adalah kepanjangan dari Mumps, Measles, Rubella yang dalam keseharian biasa dikenal dengan campak. Beberapa tahun terakhir banyak beredar isu yang mengatakan bahwa imunisasi MMR memiliki peranan terhadap kejadian Autis pada anak. Tak dapat dipungkiri isu ini cukup mengusik para orang tua yang memiliki anak balita, oleh karena sejauh ini imunisasi dianggap sebagai salah satu cara untuk membuat anak terhindar dari penyakit. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat sejenak pada awal mulanya isu ini beredar.
Pemberian vaksin MMR dilakukan saat anak berumur 15 bulan, sedangkan deteksi dini untuk Autis dilakukan saat anak berumur 18 bulan. Jangka waktu yang tidak jauh antara pemberian vaksin MMR dengan kejadian Autis inilah, yang memicu munculnya dugaan bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan Autis.

Pada tahun 1999, peneliti asal Inggris, Brent Taylor meneliti hubungan antara anak yang mendapat imunisasi MMR dengan kejadian Autis, melalui studi yang sangat terkontrol. Taylor mengumpulkan 498 data anak yang di diagnosa Autis maupun kelainan yang mirip Autis di North Thames Inggris sebelum dan sesudah diperkenalkannya vaksin MMR tahun 1988. Kemudian Taylor memeriksa insidensi umur saat anak di diagnosa Autis pada anak yang mendapatkan imunisasi MMR dan yang tidak mendapatkan imunisasi MMR. Hasilnya adalah: (1) Persentase anak yang mendapatkan imunisasi maupun tidak, sama pada kejadian Autis; (2) Tidak ada perbedaan umur anak saat di diagnosa Autis pada kelompok yang diimunisasi maupun tidak; (3) Gejala kemunduran pada anak Autis tidak terjadi dalam 2,4, maupun 6 bulan setelah mendapat imunisasi MMR.

Selain penelitian Taylor tersebut, banyak penelitian-penelitian lain bermunculan yang sependapat dengan Taylor bahwa tidak adanya hubungan antara pemberian imunisasi MMR dengan kejadian Autis.



Apa pengaruhnya bila anak kita tidak di imunisasi MMR? Di Amerika, sebelum vaksin MMR diperkenalkan, terdapat 3-4 juta kasus campak setiap tahunnya. Dan 450 kasus diantaranya dilaporkan meninggal setiap tahun. Pada tahun 1998-1999 dikatakan 1 dari 500 kasus campak meninggal. Tentu kita tidak ingin salah satunya adalah saudara atau bahkan anak kita.

Setelah imunisasi MMR apa yang dapat terjadi pada anak? Reaksi yang dapat terjadi setelah imunisasi MMR berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan. Selain itu dapat terjadi gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam, yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus/tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR.

Yang dapat dilakukan dirumah oleh orangtua/pengasuh adalah memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol bisa 3-4 kali sehari bila diperlukan maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah anak ke dokter.

Setelah membaca penjelasan diatas, apakah Anda akan menolak memberikan imunisasi  MMR pada anak Anda? Bijaklah dalam mengambil keputusan untuk anak, karena mereka adalah para generasi penerus bangsa. Semoga bermanfaat. =)