Rabu, 08 Mei 2013

Pentingnya Punya Dokter Keluarga


Oleh : dokter Handrawan Nadesul



Buat kita di Indonesia kehadiran dokter keluarga amatlah penting. Pertama, karena belum semua masyarakat masuk asuransi. Kedua, ongkos berobat masih terbilang tinggi, dan sistem layanan kesehatan pun belum memihak kepada pasien. Ketiga, pranata kesehatan rata-rata masyarakat kita masih belum kokoh, sehingga sering salah dalam menentukan alamat berobat.

Alhasil, sudah tinggi ongkos berobat yang harus dikeluarkan, belum tentu hasilnya memuaskan. Sistem layanan kesehatan kita memiliki jalur cepat bagi pasien mampu, dan layanan jalur lambat bagi yang tidak mampu.

Dilayanan jalur lambat berlaku aturan sistem rujukan. Artinya layanan medis berjenjang dari yang paling sederhana (Puskesmas) sampai ke yang lebih lengkap (rumah sakit kabupaten sampai top refferal RSCM). Tidak demikian layanan medis jalur cepat yang boleh bebas memilih sesuai dengan kemampuan. Sakit flu memilih dokter spesialis, asal bayar sendiri, tidaklah dilarang.

Layanan medis jalur cepat tentu saja berarti memasuki industri medis dengan segala tabiat buruknya. Pemeriksaan yang saling tumpang tindih, de-humanisasi layanan, dan polypharmacy (meresepkan obat berlebihan), bagian dari hiruk pikuk pasar medis kalangan orang mampu. Termasuk resiko memasuki wilayah bisnis perumahsakitan.

Melihat kondisi layanan medis seperti itu, bagi layanan medis jalur lambat maupun jalur cepat agaknya sama-sama sedang membutuhkan kehadiran dokter keluarga. Untuk apa? Dokter Keluarga mengenal betul kondisi medis seluruh anggota keluarga yang diinanginya. Bahkan sejak lahir, lengkap dengan rekam mediknya. Apapun masalah medik yang dihadapi keluarga, dokter keluarga menjadi tempatnya bertanya, dan sekaligus berobat.


Oleh karena itu dokter keluarga sudah sangat mengenal setiap anggota keluarga langganannya, maka setiap angota keluarga terjamin akan selalu aman dalam berobat. Aman karena tidak mungkin dokter yang sudah sangat mengenal pasiennya akan membahayakan diri pasien dibanding apabila berobat ke dokter selewat siapa saja seperti kebanyakan terjadi sekarang ini. Bahaya tak cocok obat, salah memberi obat, atau alpa mendiagnosis, jauh lebih kecil kemungkinannya ditangan dokter keluarga.

Dokter keluarga juga tidak akan memberikan obat yang langsung keras seperti dokter selewat, karena setiap dokter keluarga akan terus memantau kondisi pasien. Kalau tidak perlu benar obat, dokter tidak meresepkannya.

Dokter selewat, mengira pasien tidak akan datang kembali dalam waktu satu dua  hari, umumnya langsung memberikan obat yang keras agar langsung bisa menyembuhkan. Orang bilang resep dokter selewat cenderung bersikap agar penyakitnya langsung ditembak. Ibarat mematikan lalat dipakainya pistol.
Dokter keluarga juga yang akan merujuk pasien ke alamat berobat yang paling tepat. Mungkin kepada sejawat yang sudah amat dikenalnya, sehingga komunikasi medis demi kesembuhan terbaik pasien bisa terbangun.

Tanpa dokter keluarga, pasien mungkin salah memilih alamat berobat. Padahal alamat berobat menentukan keberhasilan penyembuhan penyakit, selain tidak harus boros, atau mungkin berakhir dengan hasil nihil.
Dokter keluarga menjauhkan pasien dari resiko malpraktik, baik oleh dokter pribadinya sendiri, mapun oleh dokter ahli yang dirujuk oleh dokter keluarganya. Dokter keluarga, sebagaimana halnya dokter pribadi, selalu siap setiap saat on call sehingga kejadian penyakit gawat terlambat ditangani tidak sampai terjadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar