By Dokter Dinda Anes Tunjungsari
MMR adalah kepanjangan dari Mumps,
Measles, Rubella yang dalam keseharian biasa dikenal dengan campak. Beberapa
tahun terakhir banyak beredar isu yang mengatakan bahwa imunisasi MMR memiliki
peranan terhadap kejadian Autis pada anak. Tak dapat dipungkiri isu ini cukup
mengusik para orang tua yang memiliki anak balita, oleh karena sejauh ini
imunisasi dianggap sebagai salah satu cara untuk membuat anak terhindar dari
penyakit. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat sejenak pada awal mulanya isu
ini beredar.
Pemberian vaksin MMR dilakukan saat
anak berumur 15 bulan, sedangkan deteksi dini untuk Autis dilakukan saat anak
berumur 18 bulan. Jangka waktu yang tidak jauh antara pemberian vaksin MMR
dengan kejadian Autis inilah, yang memicu munculnya dugaan bahwa vaksin MMR
dapat menyebabkan Autis.
Pada tahun 1999, peneliti asal
Inggris, Brent Taylor meneliti hubungan antara anak yang mendapat imunisasi MMR
dengan kejadian Autis, melalui studi yang sangat terkontrol. Taylor
mengumpulkan 498 data anak yang di diagnosa Autis maupun kelainan yang mirip
Autis di North Thames Inggris sebelum dan sesudah diperkenalkannya vaksin MMR
tahun 1988. Kemudian Taylor memeriksa insidensi umur saat anak di diagnosa
Autis pada anak yang mendapatkan imunisasi MMR dan yang tidak mendapatkan
imunisasi MMR. Hasilnya adalah: (1) Persentase anak yang mendapatkan imunisasi
maupun tidak, sama pada kejadian Autis; (2) Tidak ada perbedaan umur anak saat
di diagnosa Autis pada kelompok yang diimunisasi maupun tidak; (3) Gejala
kemunduran pada anak Autis tidak terjadi dalam 2,4, maupun 6 bulan setelah
mendapat imunisasi MMR.
Selain penelitian Taylor tersebut,
banyak penelitian-penelitian lain bermunculan yang sependapat dengan Taylor
bahwa tidak adanya hubungan antara
pemberian imunisasi MMR dengan kejadian Autis.
Apa
pengaruhnya bila anak kita tidak di imunisasi MMR? Di Amerika, sebelum vaksin MMR
diperkenalkan, terdapat 3-4 juta kasus campak setiap tahunnya. Dan 450 kasus
diantaranya dilaporkan meninggal setiap tahun. Pada tahun 1998-1999 dikatakan 1
dari 500 kasus campak meninggal. Tentu kita tidak ingin salah satunya adalah
saudara atau bahkan anak kita.
Setelah
imunisasi MMR apa yang dapat terjadi pada anak? Reaksi yang dapat terjadi setelah
imunisasi MMR berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan. Selain itu dapat
terjadi gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang
dari 48 jam, yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus/tipis yang
tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi
sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR.
Yang dapat
dilakukan dirumah oleh orangtua/pengasuh adalah memberikan minum lebih banyak
(ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan
yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol bisa 3-4
kali sehari bila diperlukan maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap,
atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah anak ke dokter.
Setelah membaca penjelasan diatas,
apakah Anda akan menolak memberikan imunisasi
MMR pada anak Anda? Bijaklah dalam mengambil keputusan untuk anak,
karena mereka adalah para generasi penerus bangsa. Semoga bermanfaat. =)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar