Rabu, 01 Mei 2013

Benarkah imunisasi MMR menyebabkan Autis?



By Dokter Dinda Anes Tunjungsari




MMR adalah kepanjangan dari Mumps, Measles, Rubella yang dalam keseharian biasa dikenal dengan campak. Beberapa tahun terakhir banyak beredar isu yang mengatakan bahwa imunisasi MMR memiliki peranan terhadap kejadian Autis pada anak. Tak dapat dipungkiri isu ini cukup mengusik para orang tua yang memiliki anak balita, oleh karena sejauh ini imunisasi dianggap sebagai salah satu cara untuk membuat anak terhindar dari penyakit. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat sejenak pada awal mulanya isu ini beredar.
Pemberian vaksin MMR dilakukan saat anak berumur 15 bulan, sedangkan deteksi dini untuk Autis dilakukan saat anak berumur 18 bulan. Jangka waktu yang tidak jauh antara pemberian vaksin MMR dengan kejadian Autis inilah, yang memicu munculnya dugaan bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan Autis.

Pada tahun 1999, peneliti asal Inggris, Brent Taylor meneliti hubungan antara anak yang mendapat imunisasi MMR dengan kejadian Autis, melalui studi yang sangat terkontrol. Taylor mengumpulkan 498 data anak yang di diagnosa Autis maupun kelainan yang mirip Autis di North Thames Inggris sebelum dan sesudah diperkenalkannya vaksin MMR tahun 1988. Kemudian Taylor memeriksa insidensi umur saat anak di diagnosa Autis pada anak yang mendapatkan imunisasi MMR dan yang tidak mendapatkan imunisasi MMR. Hasilnya adalah: (1) Persentase anak yang mendapatkan imunisasi maupun tidak, sama pada kejadian Autis; (2) Tidak ada perbedaan umur anak saat di diagnosa Autis pada kelompok yang diimunisasi maupun tidak; (3) Gejala kemunduran pada anak Autis tidak terjadi dalam 2,4, maupun 6 bulan setelah mendapat imunisasi MMR.

Selain penelitian Taylor tersebut, banyak penelitian-penelitian lain bermunculan yang sependapat dengan Taylor bahwa tidak adanya hubungan antara pemberian imunisasi MMR dengan kejadian Autis.



Apa pengaruhnya bila anak kita tidak di imunisasi MMR? Di Amerika, sebelum vaksin MMR diperkenalkan, terdapat 3-4 juta kasus campak setiap tahunnya. Dan 450 kasus diantaranya dilaporkan meninggal setiap tahun. Pada tahun 1998-1999 dikatakan 1 dari 500 kasus campak meninggal. Tentu kita tidak ingin salah satunya adalah saudara atau bahkan anak kita.

Setelah imunisasi MMR apa yang dapat terjadi pada anak? Reaksi yang dapat terjadi setelah imunisasi MMR berupa rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan. Selain itu dapat terjadi gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam, yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus/tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR.

Yang dapat dilakukan dirumah oleh orangtua/pengasuh adalah memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol bisa 3-4 kali sehari bila diperlukan maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah anak ke dokter.

Setelah membaca penjelasan diatas, apakah Anda akan menolak memberikan imunisasi  MMR pada anak Anda? Bijaklah dalam mengambil keputusan untuk anak, karena mereka adalah para generasi penerus bangsa. Semoga bermanfaat. =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar