Minggu, 28 Juli 2013

Mengoptimalkan Umur Oleh: Handrawan Nadesul, dr*

Mengoptimalkan Umur
Oleh: Handrawan Nadesul, dr*



Kapasitas tubuh kita diprogram untuk mampu bertahan sampai 120 tahun. Sudah diungkap kalau tidak banyak orang yang mampu mencapainya, rata-rata lantaran orang melakukan yang tidak mereka lakukan atau tidak melakukan yang mestinya perlu mereka lakukan dalam ikhwal hidup sehat jauh hari sebelum umur berakhir.

Umur kita sebagian besar dirongrong oleh penyakit. Kita sudah bicarakan gerombolan penyakit infeksi yang secara berkomplot bersama dengan penyakit degeneratif yang dimonopoli oleh penyakit orang modern- terus menggerogoti umur sehingga kapasitas berumur lebih panjang tidak teraih optimal. Rata-rata umur berhenti berputar sebelum jadwalnya. Gelas ukur pasir umur kita sudah habis sebelum waktunya

Kita sudah membicarakan bagaimana kita mampu menjinakkan, meredam, bahkan menaklukan agar penyakit yang tidak perlu terjadi seberapa bisa dibatalkan kemunculannya. Bahkan sekadar terjangkit flu sekalipun mestinya kita gagalkan, karena kita memang mampu melakukannya. Dengan cara begitu, sehat masih tetap murah.

Badan dikuatkan dengan gizi yang cukup dan lengkap. Mesin tubuh dilancarkan dengan bergerak badan, atau memilih berolahraga. Jiwa disegarkan dengan berfikir positif. Rohani disiram dengan iman yang terus naik kelas. Mental ditajamkan dengan mendahulukan akal sehat. Hidup dijernihkan dengan arah hidup yang benar, dan benar pula melakoninya.

Lebih lengkap dari itu ada aturan umum untuk semua umur agar umur terentang lebih panjang. Nilai investasi sehat menjanjikan akan memberi bunga apabila aturan umum kita patuhi. Dr.Lester Breslow memberi beberapa kiat buat hidup sehat.

Apabila setiap orang melakukan kebiasaan sehat semudah dan sesederhana itu, menurut Breslow, paling kurang orang dapat mengulur umurnya sampai rata-rata 75 tahun. Namun dengan pilihan hidup itu apakah tentu hidup menjadi lebih berkualitas?


Secara fisik mungkin berkualitas, dengan catatan, menu harian pun harus memenuhi standar ilmu gizi. Selain itu menu sarapan pagi, makan siang dan makan malam harus berkategori menu yang seimbang. Artinya selain porsinya memadai sesuai dengan umur, jenis kelamin,jenis kerjaaan, dan kondisi sakit, hamil, menyusui, menu juga harus lengkap keberagaman zat gizi (nutrient) yang dikandungnya.

Bila tidak memperhatikam menu seimbang, orang mugkin saja kelihatan sehat dan berat badannya ideal. Namun kalau diperiksa zat-zat gizi tubunya, mungkin ada yang kekurangan. Bisa jadi ada satu-dua atau mungkin lebih zat gizi yang sedang berlangsung atau sudah lama, tubuh mengalami kekurangan.

Bahkan setiap menu harian perlu dirancang lebih hebat dari itu. Tak cukup makan siang yang komplet dan memadai porsinya. Makan siang yang ideal harus seperti “menu raja”. Artinya ragam menu sedikitnya terdiri dari 506 jenis. Sementara sarapan pagi idealnya bagaikan “menu pangeran”, yang mestinya jauh lebih lengkap dan beragam dibanding menu makan siang. Sedang menu makan malam cukup “menu orang susah” saja.

Perlu diingat, bahwa obat yang baik datang dari dapur bukan dari apotek. Maka, perhatikan menu harian kita. Membaca “Piramida Makan Sehat” berarti kegiatan bergerak badan dan berolahraga  menduduki peringkat yang harus paling banyak dilakukan. Sedang jenis menu daging merah dan mentega, termasuk gula. Yang serba manis, kentang, nasi dan roti putih, serta pasta, supaya menyehatkan, tergolong jenis menu yang harus paling sedikit dikonsumsi.

Komposisi zat makanan terbesar diduduki oleh kabohidarat, disusul lemak, dan paling sedikit protein. Itu yang disebut menu seimbang. Sepiring Nasi, lauk pauk, daging, ikan, tahu, tempe dan susu. Pada diagaram bagian tengah tampak komposisis tubuh terbanyak dibangun dari air, disusul protein, kemudian lemak dan terakhir karbohidrat. Sedang pada diagram paling bawah, menunjukan bahwa kimia tubuh paling besar diduki oksigen, baru zat kimiawi yang lain.


*penulis buku Sehat Itu Murah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar