Jumat, 29 November 2013

Sinar Matahari dan Hipertensi



Sinar Matahari dan Hipertensi
By dr.Bafith*



Bagi sebagian besar orang indonesia terutama kalangan wanita, sinar matahari seakan menjadi sosok menakutkan yang perlu dijauhi bahkan dihindari dengan segala cara; payung, jaket, sweater, topi, sunblock, dll banyak digunakan untuk menjauhi si biangnya ‘kulit hitam’ ini, meskipun demikian tidak sedikit juga yang mengetahui manfaat terbesar sinar matahari sebagai faktor penting pembentuk vitamin D yang berguna untuk kekuatan tulang kita. 

Namun tahukah anda ? Penelitian terbaru dari Edinburgh University mengatakan bahwa pemaparan terhadap sinar matahari dapat membantu menurunkan tekanan darah. Sinar ultraviolet dipercaya dapat melepaskan zat-zat nictric oxide ke dalam pembuluh darah kita dan membantu menurunkan tekanan darah. 



Hipertensi sendiri sudah banyak dikenal sebagai penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan di dalam pembuluh darah. Menurut data Riskesdas 2007, setiap 1 dari 3 orang Indonesia mengalami hipertensi, namun 76% diantaranya tidak menyadari dan tidak berusaha mendapatkan pengobatan, sehingga 45% diantaranya berakibat kematian dari penyakit jantung koroner.   

Menyadari betul fakta tersebut Dr.Richard Weller dari Edinburgh University, mengkaitkan penelitiannya tersebut dan menyimpulkan bahwa manfaat penurunan penyakit jantung akibat hipertensi pada penderita yang mendapatkan paparan sinar matahari yang adekuat, lebih besar bila dibandingkan resiko terkena kanker kulit karena paparan sinar matahari itu sendiri.

Berangkat dari hasil penelitian tersebut, Indonesia sebagai negara tropis yang dianugerahi sinar matahari sepanjang tahun mestinya dapat memanfaatkan penelitian ini dengan maksimal. Jadi bila anda adalah penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi, terutama dengan riwayat penyakit jantung yang tidak takut berkulit sedikit gelap, jauhkan jaket, topi, sweater, sunblock atau payung anda dan rasakan manfaat kehangatan sinar matahari pagi di kulit anda =).
Selamat mencoba !  

*Dokter praktek di Klinik Sahabat Medika

Minggu, 25 Agustus 2013

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 2)

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 2)
Oleh : Eka, Dokter


Di bagian pertama sudah kita singgung masalah sindrom metabolik, nah dibagian kedua ini kita akan kupas tuntas mengenai bagaimana mengatasinya. Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Gaya hidup sehat dapat membantu anda terhidar dari sindrom ini. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan :

1.      Menjaga berat badan ideal
Cara mudah untuk menentukan apakah berat badan anda ideal/ normal atau tidak adalah dengan menggunakan system Indeks Massa Tubuh (IMT/BMI). Cara mengukur IMT dengan rumus yaitu : Berat badan dalam kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.
IMT = Berat Badan (kg)/Tinggi Badan (m2)
Contohnya, jika berat badan seseorang 80 kg, tinggi badan 160 cm, maka BMI nya adalah
(80kg)/(1,6m)2 = 31,25 kg/ m2 maka ia termasuk obesitas.
Kriteria obesitas menurut WHO yang telah dimodifikasi untuk orang Asia  Tenggara adalah

Kategori                               BMI (kg/m2)
  • Underweight -------------- 15.0-18.4
  • Normal -------------------- 18.5-22.9
  • Overweight --------------- > 23.0
  • Pre-Obesitas -------------- 23.0-24.9
  • Obesitas derajat I -------- 25.0-29.9
  • Obesitas derajat II ------- > 30.0

  1. Mengatur Pola Makan Gizi Seimbang
Mengatur pola makan rendah kalori dengan gizi seimbang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan berat badan ideal, salah satunya dengan membatasi asupan karbohidrat disertai dengan meningkatkan asupan serat.


  1. Latihan fisik/olahgara secara teratur
Olahraga dapat membantu mempertahankan dan/atau menurunkan berat badan. Olahraga yang dilakukan secara teratur walaupun tidak terlalu lma lebih baik daripada olahraga yang dilakukan hanya pada akhir pekan secara berlebihan. Lakukan olahraga secara teratur sekitar 3-5 kali perminggu selama 30-60 menit.

Untuk mempertahankan dan/atau menurunkan berat badan, pilihlah olahraga yang bersifat low impact aerobic / low intensity / fat burner, seperti jalan kaki, lari/jogging, berenang dan bersepeda yang dilakukan dalam kisaran 65% dari denyut nadi maksimal.
Denyut Nadi Maksimal = 220-Usia
Contoh, seseorang dengan usia 45 tahun, maka denyut nadi maksimalnya adalah 220-45 = 175 kali permenit. Bila olahraga yang dilakukan bersifat low impact maka denyut jantungnya adalah sekitar 65% x 175 = 113,7  ≈ 114 kali permenit.

  1. Mengelola stres dengan baik.
Kelola stres anda dengan baik. Masalah yang menimbulkan stres bukan untuk dihindari namun untuk dihadapi, disikapi, dan diselesaikan dengan bijak. Stres dapat datang dari dalam, misal karena adanya kondisi sakit atau dari luar seperti adanya persoalan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja. Kegiatan outdoor seperti memancing, berkemah, outbond, dll dapat dipertimbangkan sebagai refreshing.


  1. Medical Check-Up rutin
Tidak hanya motor atau mobil saja yang memerlukan servis rutin, tubuhpun seharusnya memerlukan servis rutin. Namun di kalangan masyarakat kita, seseorang tidak akan pergi ke dokter atau pelayanan kesehatan jika tidak merasakan keluhan pada kesehatannya. Berbeda dengan negara maju, dimana masyarakatnya telah menjadikan medical check-up sebagai gaya hidup dan dilakukan secara teratur walaupun tidak merasakan keluhan pada kesehatannya. Dengan medical check-up rutin anda dapat mendeteksi secara dini berbagai penyakit, sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan. Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan antara lain pemeriksaan tekanan darah, gula darah puasa atau 2 jam post prandial (setelah makan), serta kolesterol (Total, HDL, LDL, dan Trigliserida),

Peralihan kondisi dari sindrom metabolik menjadi penyakit kardiovaskular ataupun diabetes mellitus memerlukan waktu sekitar 5-10 tahun. Apabila kondisi itu diketahui lebih cepat, maka anda mempunyai waktu sekitar 5 tahun untuk melakukan pencegahan berbagai penyakit degeneratif dan kardiovaskular.

Pola hidup serba instan dan minim aktifitas saat ini diketahui telah menyebabkan terjadinya pergeseran trend usia pasien mengidap penyakit degeratif, begitu juga dengan sindrom metabolik. Jika sebelumnya sindrom metabolik hanya diderita oleh pasien usia diatas 40 tahun, namun saat ini sindrom metabolic dapat terjadi pada usia yang lebih muda.

Jika anda butuh info lebih jelas atau konsultasi, silahkan hubungi Klinik Sahabat Medika. Bisa follow twitter kami di @sahabat_medika , email: kliniksahabatmedika@gmail.com , atau FB Fanpage di kliniksahabatmedika.


Senin, 19 Agustus 2013

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 1)

Perut Buncit Waspada Sindrom Metabolik (Bagian 1)
Oleh : Eka Kharisma S, dr



Mungkin istilah sindrom metabolik belum begitu familiar di lingkungan masyarakat kita. Istilah ini masih kalah popular dibandingkan diabetes mellitus, hipertensi, stroke, penyakit jantung dll. Padahal sindrom metabolik ini merupakan cikal bakal dari berbagai penyakit diatas. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari beragam gangguan metabolisme. Indikator utama sindrom metabolik adalah lingkar pinggang. Oleh karena itu, perut buncit (obesitas sentral) dikaitkan dengan adanya sindrom metabolik.

Selain obesitas, seseorang dikatakan dalam keadaan sindrom metabolik jika memiliki setidaknya beberapa kondisi yakni memiliki tekanan darah tinggi, kadar lemak dalam darah tidak normal (HDL, Trigliserida). Pada orang yang menderita sindrom metabolik, mayoritas pasiennya baru mengetahui kondisi yang dialaminya setelah muncul keluhan. Mereka tak menyadari bahwa kondisi semacam itu bisa dikatakan sudah terlambat karena sudah ada organ yang terganggu atau rusak.

Seharusnya hal tersebut bisa dicegah jika faktor resiko sindrom metabolik segera diketahui dan ditangani. Mari kita simak beberapa kondisi yang bisa dikatakan sindrom metabolik:

1.      Hipertensi
Seseorang dikatakan memiliki faktor resiko sindrom metabolik jika sedang menjalani pengobatan antihipertensi atau memiliki tekanan darah ≥ 130/85 mmHg.

2.      Dislipidemia
Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolisme lipid (lemak) di dalam tubuh, dimana terjadi peningkatan atau penurunan komponen lipid di dalam darah dimana terjadi peningkatan kadar LDL kolesterol  atau Trigliserida dalam darah disertai penurunan kadar HDL kolesterol. Dikatakan faktor resiko sindrom metabolik jika kadar Trigliseridan  150 mg/dL, dan kadar HDL pada laki-laki < 40 mg/dL, pada perempuan <50 mg/DL atau dalam pengobatan dislipidemia.

3.      Obesitas
Dikatakan obesitas jika IMT (Indeks Massa Tubuh) > 30 kg/m2 atau mengalami kegemukan di sekitar perut (obesitas sentral)  dengan Lingkar Pinggang/Perut pada orang Asia laki-laki >90 cm dan perempuan Asia >80 cm. Sedangkan untuk orang Eropa dikatakan obesitas jika lingkar pinggang pada laki-laki >102 cm dan perempuan > 88 cm.


4.      Kadar Gula Darah Tinggi
Bila seseorang telah didiagnosa Diabetes Melitus tipe 2 atau belum terdiagnosa diabetes melitus, namun memiliki gula darah puasa >110 mg/dL dikatakan memiliki faktor resiko sindrom metabolik.

Dari semua faktor resiko yang ada, seseorang dikatakan menderita sindrom metabolik jika terdapat Obesitas sentral disertai 2 dari 3 kriteria lainnya yang ada.

Ingin tahu bagaimana mengatasi semua masalah di atas? Lanjutkan membacanya di seri kedua ya, dijamin semua jawaban anda bisa langsung terjawab.


Senin, 29 Juli 2013

Jangan Biarkan Stroke Menurunkan Kualitas Hidup Anda dan Keluarga!

Jangan Biarkan Stroke Menurunkan Kualitas Hidup Anda dan Keluarga!
Oleh: Dinda Anes Tunjungsari, dr



Stroke merupakan penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Tanpa kita sadari, dampak yang ditimbulkan cukup besar terhadap lingkungan kita. Penderita Stroke yang mengalami kecacatan, kemudian tidak dapat bekerja lagi, secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga. Selain itu penderita akan lebih bergantung kepada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga harus ada anggota keluarga lain yang menemani penderita setiap saat, yang menyebabkan anggota keluarga tersebut tidak dapat bekerja. Dengan keadaan penderita yang tergantung orang lain, maka keluarga pun akan kesulitan bila ingin bepergian. Hal inilah yang lama-kelamaan akan menurunkan kualitas hidup penderita sendiri serta keluarga.

Yang dapat kita lakukan sejak sekarang adalah mengenali faktor risiko serta sedapat mungkin menghindarinya. Tidak ada salahnya salahnya menjaga kesehatan Anda sejak dini.
Faktor risiko Stroke dibedakan menjadi 2 macam, yaitu faktor risiko yang dapat di modifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, seperti:
·         Usia
·         Ras
·         Jenis kelamin
·         Riwayat keluarga menderita penyakit kardiovaskuler
·         Berat badan lahir rendah

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

·         Hipertensi
Tekanan darah yang  kurang dari 140/90 mmHg, dikatakan dapat menurunkan risiko terkena Stroke. Pada keadaan tertentu, misalnya pada penderita Diabetes maupun Penyakir Ginjal, target yang ditentukan adalah kurang dari 130/80 mmHg.

·         Merokok
Menurut penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa rokok menyumbang peranan yang cukup signifikan pada kejadian Stroke. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berhenti merokok sedini mungkin.

·         Diabetes
·         Penyakit Jantung
·         Obesitas
Menurunkan berat badan pada keadaan kelebihan berat badan dan obesitas, dikatakan dapat menurunkan tekanan darah serta risiko Stroke


·         Dislipidemi
·         Makanan
Kurangi konsumsi natrium, tingkatkan konsumsi kalium. Mengkonsumsi banyak sayur dan buah, selain dapat menurunkan tekanan darah, juga bermanfaat dalam menurunkan risiko Stroke.

·         Kurangnya aktivitas fisik
Melakukan aktivitas fisik sedang selama 150 menit/minggu atau aktivitas berat (aerobik,dll) selama 75 menit/minggu, dapat menurunkan risiko Stroke.

·         Menderita stroke sebelumnya
·         Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral dikatakan dapat meningkatkan faktor risiko Stroke, terutama pada wanita yang sudah memiliki faktor risiko lain, seperti Diabete, dll.

·         Konsumsi alkohol
Berhenti mengkonsumsi alkohol merupakan salah satu cara menurunkan risiko Stroke.

·         Resistensi insulin
·         Sindroma metabolik

Dari data tersebut, sebagian besar faktor risiko Stroke tergolong dalam faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Maka dari itu, dalam hal ini kesadaran seseorang untuk menjalani hidup sehat sangat berperan terhadap kejadian Stroke. Selalu mulailah dari diri Anda sendiri, perbaiki pola hidup dan pola makan Anda, serta hindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi tersebut. Hidup sehat, keluarga sejahtera.


DIABETES MELLITUS TIPE 2

DIABETES MELLITUS TIPE 2
Oleh : Almitra Rindiarti, dr



Apakah diabetes mellitus tipe 2 itu?
Diabetes mellitus (DM) adalah kondisi dimana tubuh tidak dapat menyerap gula (glukosa) yang berfungsi sebagai sumber energi, baik berasal dari karbohidrat, protein atau lemak. Tanda paling jelas dari diabetes adalah meningkatnya kadar glukosa dalam darah.
DM tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling banyak terjadi. Paling sering mengenai usia 40 tahun ke atas, terutama mereka dengan kelebihan berat badan. Pada tipe diabetes ini, sel-sel tubuh tidak dapat berespon atas hormon insulin yang dihasilkan pankreas. Insulin dibutuhkan agar sel dapat menyerap glukosa. Akibatnya, pakreas akan mencoba memproduksi insulin lebih banyak. Namun, pada akhirnya insulin tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kadar glukosa akan meningkat.

Gejala Diabetes
Gejala DM disebabkan karena meningkatnya kadar gula darah. Tanda-tandanya :
1.      Rasa haus dan lapar terus-menerus
2.      BAK sering
3.      Penurunan berat badan
4.      Rentan terkena infeksi, terutama infeksi jamur di kulit dan vagina
Dapat juga pasien sudah datang ke dokter dengan keluhan akibat komplikasi dari diabetes itu sendiri.

Diagnosis Diabetes
Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan gula darah. Kriteria gula darah tinggi adalah:
·         Gula Darah Puasa >126 mg/dL
·         Gula Darah Sewaktu >200 mg/dL
Dokter akan melakukan pemeriksaan lengkap untuk mencari adanya komplikasi atau faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi.

1.      Obesitas/Kegemukan; dinilai dari Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut.
2.      Tekanan darah tinggi
3.      Pemeriksaan mata; menilai kerusakan retina.
4.      Penurunan sensasi dan denyut lemah pada kaki, serta adanya infeksi/luka/tukak pada kaki

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan rutin untuk mengevaluasi DM adalah:
1.      Glukosa darah puasa; dinilai setelah pasien puasa 10-12 jam sebelumnya.
2.      Hemoglobin A1C; mengindikasikan kondisi glukosa darah pada 2-3 bulan terakhir.
3.      Kreatinin darah dan mikroalbumin urin; untuk menilai adanya kerusakan ginjal
4.      Profil lipid (kolesterol, trigliserida, LDL, HDL); untuk evaluasi risiko aterosklerosis.

Komplikasi Diabetes
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat merusak pembuluh darah, dan muncullah berbagai komplikasi diabetes.
  1. Atherosklerosis (pengapuran pembuluh darah). Diabetes menyebabkan terkumpulnya lemak di dinding pembuluh darah dan mengganggu aliran darah ke berbagai organ tubuh. Jantung, otak, dan tungkai adalah organ yang paling sering terkena.
2.      Retinopati (gangguan mata). Pembuluh darah di bagian belakang mata rusak akibat kadar gula darah yang tinggi. Jika tidak ditangani, retinopati DM dapat menyebabkan kebutaan.
  1. Neuropati (ganguan saraf). Gangguan saraf paling banyak terjadi pada saraf tepi, misalnya ujung tangan dan kaki yang menyebabkan rasa baal atau nyeri. Selain itu, dapat terjadi gangguan saraf otonom sehingga terjadi gangguan fungsi seksual, pencernaan, dan pengendalian BAK.
  2. Masalah Kaki. Luka dan tukak pada kaki dapat terjadi karena 1) gangguan saraf yang menyebabkan baal sehingga pasien tidak dapat merasakan adanya luka kecil atau tekanan di kaki; dan 2) gangguan sirkulasi darah menyebabkan penyembuhan luka terhambat. Jika dibiarkan, luka dapat meluas hingga busuk.
  3. Nefropati (gangguan ginjal). Gangguan fungsi ginjal terjadi terutama bila kadar gula tinggi dan hipertensi tidak diterapi dan dikontrol dengan baik.

Berapa Lama Saya dapat Terkena DM?
Sekali timbul, diabetes mellitus akan berkembang seumur hidup. Namun, anda dapat mengendalikan diabetes agar kualitas hidup terjaga.
Terkadang, karena peningkatan usia dan adanya penyakit penyerta lain dapat menyebabkan kelainan insulin yang terjadi meningkat dari sebelumnya sehingga diperlukan penambahan obat-obatan secara berkala.


Pencegahan Diabetes Mellitus
Anda dapat mencegah timbulnya DM dengan menjaga berat badan ideal, terutama bila ada riwayat keluarga yang terkena diabetes. Diet dan olahraga teratur telah terbukti memperlambat timbulnya diabetes.
Jika anda telah terkena diabetes, Anda dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi dengan mengontrol kadar gula darah.
Komplikasi terkait jantung dapat dicegah dengan mengontrol faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan trigliserida, berhenti merokok, dan menjaga berat badan.
Pemeriksaan tahunan mata dan kaki dianjurkan untuk mencegah perkembangan komplikasi.

Pengobatan Diabetes
Terapi diabetes bertujuan untuk menjaga kadar gula darah agar tetap normal dan menunda terjadinya komplikasi. Terapi awal diabetes biasanya dimulai dengan pengaturan pola makan dan olah raga. Pasien DM dianjurkan makan makanan karbohidrat kompleks (roti gandum, beras merah) dan hindari lemak serta gula sederhana (minuman manis, permen, sirup dsb). Olahraga teratur seperti jalan kaki, jogging, senam aerobik dan renang dapat membantu mengendalikan gula darah.
Namun, sebagian besar pasien DM membutuhkan pengobatan dengan obat minum atau menggunakan insulin untuk mengendalikan kadar gula darahnya. Obat-obatan ini harus dikonsumsi teratur dan menghentikan penggunaan obat tanpa konsultasi dokter dapat mempercepat perburukan dari DM. Pasien DM harus kontrol teratur ke fasilitas kesehatan setiap beberapa bulan untuk menilai kadar gula darah dan adanya komplikasi.