Selasa, 16 April 2013

Kenali dan Deteksi Dini Kanker Usus


Oleh : Dokter Dinda Anes Tunjungsari*




Kanker merupakan suatu nama dari sekumpulan penyakit yang berawal dari pertumbuhan sel yang abnormal dan menjadi tidak terkendali. Organ tubuh manusia tersusun oleh sel-sel yang jumlahnya mencapai triliunan, dan pertumbuhan tak terkendali pada masing-masing sel tersebut sangat berperan terhadap terjadinya kanker.
Berkaitan dengan adanya “Bowel Cancer Awareness Month”  di bulan April ini, mari kita kenal lebih dalam tentang Kanker Usus.
Kanker usus adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya pertumbuhan sel usus yang tidak terkendali. Kanker usus menyumbang hamper 10% angka kematian pada pasien kanker, dan 60% kasus kanker usus ditemukan di Negara berkembang, seperti Indonesia.
Gejala dini yang dapat kita kenali, antara lain penurunan berat badan yang disertai dengan buang air besar berdarah. Gejala lain yaitu berupa diare atau sembelit tanpa sebab yang jelas lebih dari enam minggu, merasa sakit di bagian belakang perut, rasa kembung, atau perut masih terasa penuh meski sudah buang air besar. Pada beberapa kasus dapat saja tanpa gejala.
Selama ini banyak pasien yang baru memeriksakan diri setelah berada pada stadium lanjut, beberapa berpendapat karena tidak nyaman dengan pemeriksaan colok dubur. Padahal pemeriksaan kaknker usus tidak hanya itu, banyak pemeriksaan lain yang dapat dilakukan baik yang bersifat invasif maupun yang non-invasif. Pemeriksaan ini merupakan sebuah kesinambungan yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.

Pemeriksaan non-invasif yang paling mudah dilakukan yaitu pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan darah samar pada feses. Colok dubur dilakukan untuk mengetahui adanya benjolan atau polip serta memeriksa prostat. Pemeriksaan darah samar pada feses dapat mendeteksi adanya perdarahan saluran cerna, yang merupakan salah satu gejala dari kanker usus.
Pemeriksaan invasif yang dapat dilakukan adalah Barium Enema, Kolonoskopi, dan CTscan Kolon. Pemeriksaan Barium Enema dimulai dengan memasukkan cairan barium melalui dubur pasien, kemudian dilakukan foto Rontgen untuk memperjelas adanya benjolan dalam usus. Kolonoskopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan menggunakan sebuah alat berbentuk tabung fleksibel sebesar jari tangan yang memiliki lampu dan kamera di ujungnya, alat ini akan dimasukkan melalui dubur, untuk melihat bagian dalam usus melalui kamera. Yang terakhir adalah CTscan kolon, pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan CTscan pada umunya, pada pemeriksaan ini dokter dapat mengetahui lebih tepat tentang ukuran serta letak kanker usus tersebut.
Dalam mengantisipasi semua kemungkinan di atas alangkah baiknya bila masyarakat lebih waspada bila menemui gejala seperti tersebut dan segeralah memeriksakan diri anda ke dokter. Bagi anda yang tidak merasa memiliki faktor resiko dan gejala seperti diatas, pemeriksaan dasar sederhana pun dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker usus. Bahkan di Amerika Serikat, saat ini pemerintah telah mewajibkan masyarakatnya yang berumur lebih dari 50 tahun untuk melakukan pemeriksaan yang berbasis endoskopi, yaitu Kolonoskopi. Dengan ini adanya kanker usus diharapkan dapat terdeteksi secara dini, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker usus.

(*) Beliau adalah dokter di Klinik Ploso Medika Surabaya
(*) Klinik Ploso Medika adalah Spesialis Layanan Kesehatan Preventif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar