Oleh : Dokter Dinda Anes Tunjungsari*
Kanker merupakan suatu nama
dari sekumpulan penyakit yang berawal dari pertumbuhan sel yang abnormal dan
menjadi tidak terkendali. Organ tubuh manusia tersusun oleh sel-sel yang
jumlahnya mencapai triliunan, dan pertumbuhan tak terkendali pada masing-masing
sel tersebut sangat berperan terhadap terjadinya kanker.
Berkaitan dengan adanya “Bowel Cancer Awareness Month” di bulan April ini, mari kita kenal lebih
dalam tentang Kanker Usus.
Kanker usus adalah suatu
penyakit yang terjadi karena adanya pertumbuhan sel usus yang tidak terkendali.
Kanker usus menyumbang hamper 10% angka kematian pada pasien kanker, dan 60%
kasus kanker usus ditemukan di Negara berkembang, seperti Indonesia.
Gejala dini yang dapat kita
kenali, antara lain penurunan berat badan yang disertai dengan buang air besar
berdarah. Gejala lain yaitu berupa diare atau sembelit tanpa sebab yang jelas
lebih dari enam minggu, merasa sakit di bagian belakang perut, rasa kembung,
atau perut masih terasa penuh meski sudah buang air besar. Pada beberapa kasus
dapat saja tanpa gejala.
Selama ini banyak pasien
yang baru memeriksakan diri setelah berada pada stadium lanjut, beberapa
berpendapat karena tidak nyaman dengan pemeriksaan colok dubur. Padahal
pemeriksaan kaknker usus tidak hanya itu, banyak pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan baik yang bersifat invasif maupun yang non-invasif. Pemeriksaan ini
merupakan sebuah kesinambungan yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri.
Pemeriksaan non-invasif yang
paling mudah dilakukan yaitu pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan darah
samar pada feses. Colok dubur dilakukan untuk mengetahui adanya benjolan atau
polip serta memeriksa prostat. Pemeriksaan darah samar pada feses dapat mendeteksi
adanya perdarahan saluran cerna, yang merupakan salah satu gejala dari kanker
usus.
Pemeriksaan invasif yang
dapat dilakukan adalah Barium Enema, Kolonoskopi, dan CTscan Kolon. Pemeriksaan
Barium Enema dimulai dengan memasukkan cairan barium melalui dubur pasien,
kemudian dilakukan foto Rontgen untuk memperjelas adanya benjolan dalam usus.
Kolonoskopi merupakan suatu prosedur pemeriksaan menggunakan sebuah alat
berbentuk tabung fleksibel sebesar jari tangan yang memiliki lampu dan kamera
di ujungnya, alat ini akan dimasukkan melalui dubur, untuk melihat bagian dalam
usus melalui kamera. Yang terakhir adalah CTscan kolon, pemeriksaan ini sama
dengan pemeriksaan CTscan pada umunya, pada pemeriksaan ini dokter dapat
mengetahui lebih tepat tentang ukuran serta letak kanker usus tersebut.
Dalam mengantisipasi semua
kemungkinan di atas alangkah baiknya bila masyarakat lebih waspada bila menemui
gejala seperti tersebut dan segeralah memeriksakan diri anda ke dokter. Bagi
anda yang tidak merasa memiliki faktor resiko dan gejala seperti diatas,
pemeriksaan dasar sederhana pun dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kanker usus. Bahkan di Amerika Serikat, saat ini pemerintah telah mewajibkan
masyarakatnya yang berumur lebih dari 50 tahun untuk melakukan pemeriksaan yang
berbasis endoskopi, yaitu Kolonoskopi. Dengan ini adanya kanker usus diharapkan
dapat terdeteksi secara dini, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat kanker usus.
(*) Beliau adalah dokter di Klinik Ploso Medika Surabaya
(*) Klinik Ploso Medika adalah Spesialis Layanan
Kesehatan Preventif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar